telah ku pujuk hati..
telah ku rawat luka..
telah ku cube cari penganti..
kenapa dirimu juga aku dambakan...
aku rindu saat aku menjadi isterimu..
aku rindu saat aku menjadi makmummu..
aku rindu saat mengucup tanganmu..
aku rindu saat bertingkus lumus memasak untuk mu..
aku rindu saat bergurau senda diatas layar kehidupan kita..
namun aku tahu..
aku tak bisa..
pengecap kebahagiaan itu seperti dulu..
kerna kau telah menghancurkan hati ku
dengan begitu tega nya..
tega nya kau melakukan itu terhadap diriku..
walau beribu kali aku katakan
aku sangat menyintaimu..
biarkan aku dengan kenangan itu..
biarkan aku bersama puteri kita
melayari bahtera kehidupan
yang telah ditetapkan olehNya..
Biarkan aku terus dibuai
kenangan dulu jika itu takdirku...
selamanya begini...
namun..
jika ditakdirkan aku
berdua
kembali...
ingin aku pulangkan semua
kenangan itu agar
ia tak menjadi racun dalam hubungan
itu nanti..
kerna kau adalah kenangan dulu..
yang biasa melemahkan semua
jasadku..
Pernikahan mengajar kita kewajipan bersama.
Isteri menjadi tanah, kamu langit penaungnya. Isteri ladang tanaman, kamu pemagarnya. Isteri kiasan ternakan, kamu gembalanya. Isteri murid, kamu mursyidnya. Isteri bagaikan anak kecil, kamu tempat bermanjanya. Saat isteri menjadi madu, kamu teguklah sepuasnya. Isteri menjadi racun, kamu penawar bisanya. Seandainya isteri tulang yang bengkok, berhati-hatilah meluruskannya.
Isteri menjadi tanah, kamu langit penaungnya. Isteri ladang tanaman, kamu pemagarnya. Isteri kiasan ternakan, kamu gembalanya. Isteri murid, kamu mursyidnya. Isteri bagaikan anak kecil, kamu tempat bermanjanya. Saat isteri menjadi madu, kamu teguklah sepuasnya. Isteri menjadi racun, kamu penawar bisanya. Seandainya isteri tulang yang bengkok, berhati-hatilah meluruskannya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan